smangaat.com – Hay sahabat semuah kembali lagi dengan saya admin di sini saya akan membahas mengenai G20 dan kelompok lain memberi tambahan penangguhan utang melalui DSSI Rp 184 triliun bagi negara miskin. Cina beri keringanan utang jauh lebih besar dari Amerika. Inisiatif Layanan Penangguhan Utang (Dssi), yang salah satunya diinisiasi oleh negara-negara G20, memberikan penangguhan utang Us$ 12,9 miliar atau Rp 184 triliun bagi negara miskin dan yang pasarnya tengah berkembang (Emerging market).
Nominal utang yang berhasil ditangguhkan itu diberikan sejak 1 Mei 2020 hingga Desember 2021. DSSI merupakan kerangka kerja yang dikelola di bawah Bank Dunia dengan tujuan menolong negara-negara miskin dan berkembang kurangi beban utang.
Dengan begitu, negara-negara miskin dan berkembang sanggup memfokuskan sumber energi untuk penanganan pandemi corona dan melindungi masyarakat.
Fasilitas DSSI bukan hanyalah diinisiasi oleh G20, tapi juga negara-negara Klub Paris. Ini merupakan kelompok negara kreditur utama dunia yang sebagian di antaranya ialah negara maju di luar anggota G20.
“Kita menyambut baik pencapaian itu” demikian isi Communique rendezvous jalur keuangan G20 Presidensi Indonesia dikutip Senin (21/2). “Walaupun ada catatan yakni kurangnya partisipasi sektor partikelir.”
Ada 73 negara miskin dan berkembang yang mencukupi persyaratan untuk meraih pemberian itu. beberapa besar berada di Asia, Afrika dan Amerika Latin seperti Pakistan, Afghanistan, Somalia, Angola, Tonga sampai Kosovo.
Data Bank Dunia menyatakan, khusus untuk utang yang ditangguhkan pada 2020, negara yang memanfaatkan paling besar yakni Pakistan dan Angola.
Sebaliknya, negara kreditur yang memberi tambahan fasilitas penangguhan utang paling besar yakni Cina dan Prancis. Cina menambahkan keringanan utang lebih dari Us$ 1 miliar selama periode itu, jauh di atas Amerika yang semata-mata Us$ 123 juta.
Fasilitas penangguhan utang itu mendukung beberapa negara miskin dan berkembang menggunakan sumber kekuatan untuk keperluan yang lebih mendesak, terutama Covid-19. Dalam catatan Bank Dunia, negara yang berpotensi meraih penghematan paling besar yakni Pakistan Us$ 5,4 miliar dan Angola Us$ 2,9 miliar.
“Persyaratan untuk berpartisipasi dalam inisiatif ini yaitu negara penerima punya komitmen untuk memakai sumber energi ini guna melindungi pengeluaran sosial, kesehatan atau ekonomi dalam mengatasi krisis,” demikian isi laman resmi Dssi.
Tak hanya melalui keringanan utang di bawah fasilitas Dssi, negara-negara G20 mengkaji kerangka kerja Debt Treatment. Ini dibahas di dalam rendezvous jalur keuangan pekan lalu.
Fasilitas itu bertujuan menolong negara-negara miskin dan berkembang merestrukturisasi utang, dan juga menanggulangi persoalan kebangkrutan dan likuiditas yang berkepanjangan.
Telah ada tiga negara yang mengajukan negosiasi utangnya melalui fasilitas Debt Treatment ini, yakni Chad, Ethiopia dan Zambia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan, banyak kreditur yang merupakan anggota G20. “Mereka tentunya miliki prosedur sendiri,” ujar dia dalam konferensi pers usai rendezvous jalur keuangan G20, Jumat (18/2).
Oleh sebab itu, Presidensi Indonesia jadi penting untuk menjembatani negara-negara itu mengajukan negosiasi utang melalui fasilitas Debt Treatment. “Mereka perlu langsung dibantu,” ujar Sri Mulyani.
Tidak hanya itu, rendezvous para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 pekan lalu turut membahas upaya lebih lanjut rechanneling dana darurat SDR kepada negara miskin dan berkembang.
Dana Moneter Internasional (Imf) mencairkan dana darurat SDR setara Us$ 650 miliar yang dibagikan kepada negara-negara anggota. Kendati demikian, G20 berkomitmen memobilisasi Us$ 100 miliar dana SDR yang diperoleh negara maju untuk lantas disalurkan kepada negara yang membutuhkan.
Realisasinya hingga saat ini Us$ 60 miliar dana yang dijanjikan akan dijalankan rechanneling.
Akhir Kata
Demikian pembahasan yang bisa admin sampaikan semoga artikel ini bisa bermanfaat, sekian dan terimakasih