Harga Minyak Goreng Kemasan Melonjak Rp 25 Ribu/Liter HET Dicabut

smangaat.com – Otoritas publik telah menolak ketentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak goreng sawit bundel sejak Rabu (16/3). Penolakan HET membuat minyak goreng yang dijual di pasar eceran dan pasar modern meningkat hingga di atas Rp. 20 ribu per liter dari HET sebelumnya Rp. 14 ribu untuk setiap liter.

Salah satu retailer di Palmerah, Jakarta Pusat, menjual minyak goreng bundle merek Sania dengan harga Rp. 21 ribu per liter dan merk Tropical dengan harga Rp. 51 ribu per dua liter atau Rp. 25.500 per liter.

Kenaikan biaya ini bervariasi di berbagai tempat. Seorang konsumen di Pasar Rebo, Jakarta Timur membeli merek Sania dengan harga Rp 47 ribu per dua liter atau Rp 23.500 per liter.

Meski harga sudah naik, stok barang belum tersedia di semua lokasi. Berdasarkan pantauan Katadata sepanjang dua hari sebelumnya di beberapa retailer di Jakarta, stok minyak goreng masih kosong.

Di retail Kebayoran, Jakarta Pusat, stok minyak goreng sawit tidak terlihat. Si penjaga toko menginformasikan, terakhir kali restock minyak goreng adalah pada Selasa (15/3) malam. Kemungkinan akan tersedia kembali pada Kamis (17/3). “Nanti sore datangnya,” kata kasir yang ditemui Kamis (17/3).

Sebuah pengecer di kawasan Cawang, Jakarta Timur bahkan tidak memiliki stok minyak goreng. Perwakilan toko mengatakan, stok minyak goreng sudah tersedia pada Rabu (15/3), namun dengan cepat ludes oleh pembeli.

Sejujurnya, seorang pengecer di Bekasi akhirnya memenangkan pasokan minyak goreng terakhir pada Kamis (10/3). Itu hanya jatah satu karton atau setara dengan 12 bungkus untuk satu liter dan enam bungkus untuk dua liter.

Berbeda dengan Jakarta dan sekitarnya yang mengalami kelangkaan, stok minyak goreng justru meledak di beberapa wilayah Sumatera, seperti Sijunjung dan Bandarlampung.

Sejak penetapan HET minyak goreng kemasan dicabut, stok minyak goreng di Bandar Lampung langsung membanjiri. Seorang pengecer menjual minyak dalam kemasan seharga Rp 50 ribu per dua liter atau Rp 25 ribu per liter. Sebelumnya, pengaturan HET dibantah, pemilik warung di Kota Tapis Berseri mengalami kendala mengamati stok minyak goreng.

Tanpa HET, Harga Minyak Goreng Kemasan Ikuti Pasar Internasional

Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, menyatakan bahwa otoritas publik umumnya tidak mengatur biaya minyak goreng kemasan sederhana dan premium. “Pertimbangannya karena disparitas harga minyak goreng karena HET dan pergerakan di pasar dunia,” kata Arief saat pembagian relokasi massal oleh BUMN Pangan di Pasar Kramat Jati, Rabu (16/3).

Arief mencontohkan, harga minyak goreng premium bundle di Malaysia kini mencapai Rp 22 ribu per liter, sedangkan di dalam negeri hanya Rp 14 ribu per liter. Perbedaan biaya antara pasar domestik dan pasar dunia dianggap membuat pasokan menjadi langka. Ia menduga ada pihak yang bermain-main untuk membatasi ketersediaan migran di pasar untuk mendapatkan lebih banyak uang.

Harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium di Indonesia akan sesuai dengan pasar dunia mengikuti kemajuan harga minyak sawit mentah atau CPO. Namun, Arief tidak menyebut harga jual bundling tersebut.

Dia mengatakan pengaturan ini akan membuat perkembangan pasokan kembali ke tipikal sehingga tidak ada kekurangan. Dengan tidak adanya disparitas biaya, tidak ada yang bermain dengan pasokan dan biaya. Minyak goreng kemasan dan premium ini dijual di pengecer modern.

Badan publik hanya menetapkan HET untuk minyak goreng masal yang dijual di pasar tradisional dengan nilai Rp. 14 ribu per liter. “Kita berurusan dengan individu di bawahnya. Biarkan individu memilih (broiling) minyak mana yang sesuai dengan kebutuhannya,” kata Arief.