free hit counter Pahami broken home, penyebab, akibat dan cara mengatasinya! - smangaat.com

Pahami broken home, penyebab, akibat dan cara mengatasinya!

smangaat.com – Pahami broken home, penyebab, akibat dan cara mengatasinya!

Broken Home: Pengertian, Penyebab, Akibat dan Cara Mengatasinya“smangaat.com – Setiap hari ibu saya menangis dan ayah saya berteriak setiap kali saya berkelahi. Saya memeluk adik saya yang menangis karena ketakutan dan bersembunyi di kamar. Kadang-kadang saya mendengar ayah saya memukul lantai. Kami sangat takut sehingga saya tidak suka mendengar teriakannya. Saya mencintai ibu dan ayah, tetapi saya tidak ingin hal-hal seperti itu berlanjut kepada Anda.”

Kasus di atas adalah salah satu di mana hubungan perkawinan sering menjadi awal perpisahan. Ketidakcocokan, frustrasi, perselingkuhan, kecanduan, atau kehilangan cinta sering kali menjadi penyebab rusaknya perkawinan. Perkelahian selalu terjadi sedemikian rupa sehingga mereka saling menyakiti.

Bukan hanya perasaan pasangan yang terluka, tetapi juga perasaan anak-anak yang melihat atau mendengar orang tuanya bertengkar. Tidak ada lagi kehangatan di antara mereka, hanya rasa takut atau benci dari salah satu orang tua mereka.

Pahami Apa Itu Broken Home

Broken home adalah istilah di mana sebuah keluarga yang tidak harmonis harus terpecah belah.

Seorang pria dan wanita yang semula jatuh cinta harus berpisah karena tidak cocok dan suasana tidak lagi kondusif. Buat kamu yang sulit menerima dan menghargai diri sendiri, Broken Home: An Inspiring Life Journey bisa jadi referensi.

Sifat seperti itu bisa jadi dikarenakan adanya luka batin yang dialami orangtua saat kecil dan belum terselesaikan hingga dewasa. Sosok anak kecil dalam diri mereka kerap meronta ingin diperhatikan, ada perasaan yang lama terpendam belum diselesaikan, akhirnya berimbas pada hubungan saat berumah tangga.

Ketidakmampuan untuk bisa berdamai pada diri sendiri, ekspektasi yang terlalu tinggi pada pasangan akhirnya memicu keretakan pernikahan.

Setiap orang tua juga pastinya memiliki kekurangan karena begitu banyak persiapan yang perlu dilakukan, baik persiapan fisik, emosi-psikologis, dan terutama persiapan lewat pengetahuan. Oleh sebab itu, buku Tak Ada Sekolah Tuk Jadi Orang Tua hadir untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Alasan Broken Home

1. Perceraian orang tua

Perceraian seringkali menjadi faktor utama yang menyebabkan kondisi rumah tangga tergolong rumah yang buruk. Perpisahan antara suami dan istri meninggalkan luka yang dalam bagi anak-anak. Mereka tidak tahu harus memilih untuk tinggal bersama ayah atau ibu mereka, belum lagi stigma yang melekat pada keluarga di masyarakat yang bercerai.

2. ketidakdewasaan orang tua

Orang tua yang egois dan egois sering bertengkar satu sama lain. Keegoisan selalu merupakan sifat buruk dari orang yang egois. Egosentrisme adalah sikap yang mengutamakan diri sendiri.

3. Tidak adanya tanggung jawab dalam diri ataupun orangtua

Pekerjaan orang tua, hubungan sosial, atau hobi dapat merusak tanggung jawab keluarga. Ayahnya, yang terlalu sibuk bekerja dan pulang kerja, terlibat dalam permainan sebagai hobi.

Begitu juga dengan ibu yang terlalu sibuk bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain itu, kecanduannya menonton drama tampaknya menjadi prioritas utama daripada mengasuh anak-anaknya.

Anak itu hanya seorang pembersih dan hanya bisa memahami situasi orang tuanya, bahkan jika dia ingin sangat berhati-hati. Ketika anak merasa bahwa dia tidak lagi menjadi prioritas, dia menarik diri dan bergabung dengan kehidupan yang utuh.

4. Jauh dari Tuhan

Dalam pernikahan, hubungan antara seorang pria dan seorang wanita seperti segitiga. Tuhan diibaratkan tinggi, laki-laki di kiri dan perempuan di kanan.

Saat mereka semakin dekat dengan Tuhan, ikatan keluarga semakin dekat. Di sisi lain, jika pasangan jauh dari Tuhan, hubungan mereka akan jauh. Dalam hal ini, keintiman dengan Tuhan adalah hal yang paling penting dalam pernikahan. Semakin jauh dari Tuhan, semakin banyak godaan bagi setiap pasangan. Ketidakmampuan suami untuk menjadi imam di rumah dapat menjadi penyebab utama perpisahan keluarga.

Ketidaktaatan kepada Tuhan dapat mempengaruhi keharmonisan dalam rumah tangga. Perbuatan memalukan seperti perzinahan, perjudian, perselingkuhan, kebohongan dan pengkhianatan dapat merusak pernikahan.

5. Faktor ekonomi

Percekcokan karena faktor ekonomi seperti PHK yang dialami suami, ketidakpuasan akan materi yang dituntut sang istri, ketidaksanggupan suami memenuhi kebutuhan keluarga bisa memicu keretakan rumah tangga.

Pada dasarnya manusia memerlukan pemenuhan sandang, pangan dan papan. Apa akibatnya jika suami tak mampu memberi nafkah yang cukup bagi keluarga?. Entah itu karena musibah yang dialami suami seperti PHK, atau rendahnya rasa juang dalam mencari nafkah bagi keluarga.

See also  Informasi Lowongan Kerja Terbaru Shinta Fashion Mart 2022

6. Kehilangan panas dalam keluarga

Padahal, hubungan keluarga harus baik satu sama lain. Memiliki waktu yang baik antara ayah, ibu dan anak-anak harus terjalin setiap hari. Bagaimana jika Anda terlalu sibuk di rumah yang sama?

Terkadang seorang ayah menginginkan kopi panas dan makanan yang dibuat oleh istrinya. Lezat atau tidaknya masakan rumahan, adalah hati seorang wanita untuk menunjukkan cinta kepada keluarganya.

Kadang-kadang bahkan ibu ingin pujian di meja. Yang perlu Anda lakukan hanyalah memasak makanan yang sederhana, tetapi pujian suami atau rewel anak Anda bisa meredakan kepenatan hari yang melelahkan di rumah.

Anak-anak sangat ingin mendapatkan perhatian orang tuanya. Apakah dia ingin bertanya bagaimana perasaannya hari ini? Bagaimana pelajaran di sekolah? Atau jika dia mendapat nilai bagus, hadiah apa yang dia inginkan?

Bisa dibayangkan betapa panasnya rumah itu jika mereka saling memperhatikan satu sama lain. Bagaimana jika yang terjadi sebaliknya, hiruk pikuk setiap rumah tangga begitu sepi, dan hubungan keluarga tanpa cinta begitu dingin.

7. Kurangnya Edukasi dalam hubungan keluarga

Pernikahan adalah ibadah sebanyak itu sangat sulit. Membina hubungan keluarga membutuhkan pelatihan antar pasangan agar dapat saling mencintai, menghargai dan menghargai.

Ketika orang tua memiliki anak, mereka harus mencari informasi tentang parenting. Pengasuhan adalah ketika anak baru lahir, ketika anak mencapai pubertas sampai mereka mencapai usia dewasa. Peran orang tua dalam tumbuh kembang anak sangatlah penting. Bagaimana jika orang tua tidak memiliki pengetahuan tentang pernikahan atau ayah? Tentu saja, romansa antara pasangan itu runtuh dan mengasuh anak tidak ideal.

Efek Broken Home pada anak-anak

1. Kepercayaan diri rendah

Anak-anak yang tinggal di keluarga broken home akan mengalami kehilangan rasa percaya diri akibat tekanan psikologis yang dialaminya. Kurangnya perhatian dari ibu atau kurangnya pelukan hangat dari ayah bisa membuat anak merasa minder. Singkirkan ketidakpercayaan ini dengan beberapa ajaran dalam buku Transformasi Diri di bawah ini.

2. iman yang lemah

Minimnya nilai positif pada diri anak membuat mereka jauh dari Tuhan, padahal ibu adalah sekolah pertama yang mengajarkan nilai-nilai agama, sekaligus figur ayah yang harus menjadi contoh yang baik bagi keluarga.

Anak-anak yang bahkan tidak memiliki salah satu dari tokoh-tokoh tersebut akan tersesat dan murtad dari Tuhan, mereka bisa menjadi anak-anak yang jauh dari agama dan melakukan kekejian. Oleh karena itu, sangat penting untuk memulai pendidikan agama sejak usia dini, seperti yang tertuang dalam buku Kekuatan Iman dan Nikmat.

3. Kurang kasih sayang

Kurangnya perhatian orang tua tidak memberi mereka cinta yang cukup. Mereka juga menjadi anak-anak yang tidak terbiasa mengungkapkan kepedulian terhadap orang lain. Dia bisa menjadi dingin, acuh tak acuh, atau kasar.

4. Gangguan jiwa ( MENTAL)

Ketika seorang anak melihat orang tua bertengkar, kekerasan fisik, traumatis, atau verbal oleh orang tua akan menyebabkan depresi pada anak. Seiring waktu, ia selalu merasa cemas, takut, tertekan, dan bahkan ingin mengakhiri hidupnya. Gangguan mental itu sendiri tidak mudah diobati, tetapi untuk lebih memahami masalahnya, Gram dapat membaca Hope You Are Fine.

5. Kebencian orang tua

Kurangnya kasih sayang dan pola asuh yang buruk membuat anak sangat frustasi. Bahkan ketika anak-anak melihat semacam pelecehan orang tua, sulit bagi mereka untuk menghapus memori untuk menciptakan kebencian.

Ketika seorang anak menjadi korban keluarga yang hancur, dia tidak tahu apa masalahnya. Mengapa orang tuanya bertengkar, mengapa mereka putus, dan mengapa Tuhan tidak memberinya ujian yang begitu berat? Dia tidak bisa menggali lebih dalam masalah dan memberikan segalanya kepada orang tuanya.

6. Menarik Diri

Sudah saatnya seorang anak yang hidup dalam keluarga berantakan untuk menarik diri dari lingkungannya. Dia takut dengan apa yang teman-temannya pikirkan tentang dirinya, iri dengan keharmonisan keluarga orang lain, dan ingin menyendiri untuk memiliki kesempatan untuk berdamai dengan apa yang terjadi padanya.

7. Kecemasan

Anak-anak yang hidup dalam keluarga kacau merasa cemas dan cemas. Dia mungkin takut bertemu orang baru, dikhianati, disakiti, dan ditinggalkan di masa depan. Ini karena mereka tidak memiliki cukup cinta.

8.Pemberontak

Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga miskin seringkali memberontak. Rasa frustrasi, kurangnya perhatian, dan hilangnya kepercayaan terhadap kepribadian orang tua yang mereka alami membuat anak-anak lain memandang rendah mereka. Anak-anak merasa bahwa mereka tidak lagi membutuhkan tatapan kasihan orang tua mereka.

9. Tidak berpegang teguh pada prinsip

Anak-anak yang tidak punya tempat untuk mengekspresikan perasaan mereka cenderung mencari tempat untuk dihibur. Dia akan hidup tanpa arah atau tujuan, dan dia akan memiliki visi yang akan tergantung pada situasinya saat ini.

See also  Ketahui Beberapa Hal Ini Sebelum Berbisnis Properti

Hal ini karena tidak ada “rumah” yang mengajarkan nilai-nilai dasar dan standar hidup. Prinsip, di sisi lain, harus diajarkan sejak kecil agar anak dapat mempertahankan nilai-nilai inti yang diajarkan oleh orang tuanya.

10. Hidup Merasa sia-sia

Ketika seorang anak mengalami kehilangan orang yang dicintai, dia akan merasa hidupnya tidak berarti. Semua harapan dan cita-cita yang ingin ia capai pupus. Kurangnya perhatian dan dukungan penuh dari orang tuanya membuatnya putus asa.

11. Kasar

Anak-anak adalah peniru yang hebat dari orang tua mereka. Dia dapat merekam apa yang dia lihat baik secara lisan atau di teater. Semua kenangan itu secara tidak sengaja terekam dan ia berubah menjadi orang yang meniru perilaku orang tuanya. Trauma yang dialami juga dapat mendorong perilaku agresif hingga anak menjadi dewasa.

12. Mengasihani Diri Sendiri yang Berlebihan

Anak-anak dengan broken home bisa berduka selama mereka merasa hidup mereka paling menyedihkan. Dia merasa kasihan pada dirinya sendiri dan cenderung berpikir bahwa hidupnya tidak adil. Dia bisa menyalahkan Tuhan dengan membenci orang tuanya dan menyalahkan nasib.

Sebagai teman orang tua yang sempurna, Anda memiliki apa yang Anda inginkan, menerima kehangatan dan dukungan penuh dari orang tua Anda, merasakan kualitas waktu yang selalu Anda inginkan, dan merasa tidak bahagia. Anak-anak merasa lebih buruk ketika mereka melihat kehidupan orang lain membaik, bahkan tanpa mengetahui bahwa orang lain memiliki pengalaman yang berbeda.

Cara Mengatasi Broken Home

Dalam kondisi pernikahan yang tidak ideal, suami – istri diharuskan mencari solusi demi kebaikan anak-anak. Jika usaha mediasi gagal dan tidak ada jalan lain, perpisahan kerap dipilih agar mereka tidak saling menyakiti satu sama lain. Meskipun perceraian adalah hal yang dibenci Tuhan, namun perpisahan bisa menjadi jalan keluar untuk menyelamatkan masa depan anak-anak. Ada beberapa cara untuk meminimalisir dampak negatif dari broken home, diantaranya adalah:

1. Mengajak anak mendekatkan diri dengan Tuhan

Ajak anak untuk merefleksi kehidupan yang dialami saat ini. Menanamkan nilai-nilai agama dan memastikan bahwa apa yang menjadi perubahan nasib adalah skenario terbaik yang diberikan Tuhan. Daripada terus menangis seumur hidup, lebih baik pasrah saja agar Tuhan memberikan kebahagiaan di kemudian hari.

2. Orang tua Selalu bersama Anak

Seorang anak tidak akan pernah bisa memilih untuk hidup dengan salah satu orang tuanya. Dari lubuk hatinya, dia selalu ingin bersama ayah dan ibunya. Maka orang tua harus bisa menekan ego agar tetap bisa mengasuh bersama dan membesarkan anak bersama.

Meskipun hak asuh anak berada di tangan ibu, bukan berarti seorang ayah dapat melalaikan tanggung jawab dalam memenuhi kewajibannya. Peran ayah tetap penting dalam membangun rasa percaya diri dan peran ibu adalah menanamkan nilai-nilai inti pada anak.

3. Jangan membohongi anak

Anak-anak tidak boleh berbohong dengan alasan apapun ketika orang tua akan berpisah. Berikan penjelasan paling sederhana untuk ibu dan ayah yang sudah tidak bersama lagi. Juga, pengalaman perpisahan orang tua bukanlah kesalahan mereka, tetapi semua karena kesepakatan yang dipilih orang tua untuk menyelamatkan masa depan mereka.

4. Beri perhatian lebih!

Anak tidak akan lagi hidup dalam keluarga yang utuh, tetapi bukan berarti anak tidak lagi mendapat perhatian. Bangun kembali keintiman dengan anak-anak agar mereka tidak tersesat. Memahami kata-kata cinta untuk anak, apa yang mereka butuhkan, itulah yang dibutuhkan orang tua.

5. Memgajak anak untuk berempati dengan orang lain

Bukan hal yang buruk untuk membawa anak-anak ke anak jalanan yang berjuang mencari nafkah di jalanan. Atau, bawalah anak Anda ke panti asuhan atau panti asuhan di sekitar rumah Anda. Berempati dengan anak-anak yang kehilangan orang tua sejak usia dini atau yang harus bersaing di jalanan untuk makan. Jelaskan bahwa kehidupan seorang anak jauh lebih baik daripada hidupnya sendiri dan dorong dia untuk memberi sedekah agar dia terbiasa mencintai orang lain dengan kebaikan.

6. Jangan membenci mantan.

Berdamai dengan mantan pasangan memang sulit, tetapi orang tua harus mempengaruhi perasaan anak-anak mereka selamanya. Jangan menyebarkan kebencian dengan berbicara buruk tentang pasangan Anda. Efeknya adalah anak Anda akan dirugikan dalam memilih pasangan masa depan. Dia juga akan merasa tidak.

Cara Mengatasi Broken Home

Dalam kondisi pernikahan yang tidak ideal, suami – istri diharuskan mencari solusi demi kebaikan anak-anak. Jika usaha mediasi gagal dan tidak ada jalan lain, perpisahan kerap dipilih agar mereka tidak saling menyakiti satu sama lain. Meskipun perceraian adalah hal yang dibenci Tuhan, namun perpisahan bisa menjadi jalan keluar untuk menyelamatkan masa depan anak-anak. Ada beberapa cara untuk meminimalisir dampak negatif dari broken home, diantaranya adalah:

See also  Update Link Video Rasim Kaan Aytoğu Video Twitter Viral

1. Mengajak anak mendekatkan diri dengan Tuhan

Ajak anak untuk merefleksi kehidupan yang dialami saat ini. Menanamkan nilai-nilai agama dan memastikan bahwa apa yang menjadi perubahan nasib adalah skenario terbaik yang diberikan Tuhan. Daripada terus menangis seumur hidup, lebih baik pasrah saja agar Tuhan memberikan kebahagiaan di kemudian hari.

2. Orang tua Selalu bersama Anak

Seorang anak tidak akan pernah bisa memilih untuk hidup dengan salah satu orang tuanya. Dari lubuk hatinya, dia selalu ingin bersama ayah dan ibunya. Maka orang tua harus bisa menekan ego agar tetap bisa mengasuh bersama dan membesarkan anak bersama.

Meskipun hak asuh anak berada di tangan ibu, bukan berarti seorang ayah dapat melalaikan tanggung jawab dalam memenuhi kewajibannya. Peran ayah tetap penting dalam membangun rasa percaya diri dan peran ibu adalah menanamkan nilai-nilai inti pada anak.

3. Jangan membohongi anak

Anak-anak tidak boleh berbohong dengan alasan apapun ketika orang tua akan berpisah. Berikan penjelasan paling sederhana untuk ibu dan ayah yang sudah tidak bersama lagi. Juga, pengalaman perpisahan orang tua bukanlah kesalahan mereka, tetapi semua karena kesepakatan yang dipilih orang tua untuk menyelamatkan masa depan mereka.

4. Beri perhatian lebih!

Anak tidak akan lagi hidup dalam keluarga yang utuh, tetapi bukan berarti anak tidak lagi mendapat perhatian. Bangun kembali keintiman dengan anak-anak agar mereka tidak tersesat. Memahami kata-kata cinta untuk anak, apa yang mereka butuhkan, itulah yang dibutuhkan orang tua.

5. Memgajak anak untuk berempati dengan orang lain

Bukan hal yang buruk untuk membawa anak-anak ke anak jalanan yang berjuang mencari nafkah di jalanan. Atau, bawalah anak Anda ke panti asuhan atau panti asuhan di sekitar rumah Anda. Berempati dengan anak-anak yang kehilangan orang tua sejak usia dini atau yang harus bersaing di jalanan untuk makan. Jelaskan bahwa kehidupan seorang anak jauh lebih baik daripada hidupnya sendiri dan dorong dia untuk memberi sedekah agar dia terbiasa mencintai orang lain dengan kebaikan.

6. Jangan membenci mantan.

Berdamai dengan mantan pasangan memang sulit, tetapi orang tua harus mempengaruhi perasaan anak-anak mereka selamanya. Jangan menyebarkan kebencian dengan berbicara buruk tentang pasangan Anda. Efeknya adalah anak Anda akan dirugikan dalam memilih pasangan masa depan. Dia juga akan merasa tidak aman di sekitar orang baru dan akan membenci orang tuanya selama sisa hidupnya.

7. Selalu berbicara dari hati ke hati

Beri anak Anda waktu untuk mengungkapkan perasaannya. Jangan menilai perasaan anak Anda, dorong dan dukung apa yang mereka rasakan. Buat dia merasa nyaman dan jangan lupa untuk memeluknya setiap hari. Peluk mereka dan katakan mereka aman dan hidup akan baik-baik saja.

8. Beradaptasi dengan situasi

Merasa sedih atau kecewa bukanlah hal yang buruk. Anda tidak perlu lari dari situasi sampai Anda harus menyalahkan diri sendiri. Kami mohon maaf atas perawatan dan kecelakaan malang yang dialami anak-anak kami. Dorong mereka untuk membenamkan diri dalam semua emosi yang mereka rasakan, selaras dengan situasi, dan katakan, “Tidak harus baik-baik saja.” Demikian uraian tentang rumah rusak, akibat dan cara mengatasinya. Anda juga dapat membaca buku tentang pengampunan dan menanggapi keadaan. Gramedia selalu #bersahabat tanpa batas dan kamu bisa tetap tegar dan semangat. Mari kita berdiri bersama dan menghadapi dunia!

sisa hidupnya.

7. Selalu berbicara dari hati ke hati

Beri anak Anda waktu untuk mengungkapkan perasaannya. Jangan menilai perasaan anak Anda, dorong dan dukung apa yang mereka rasakan. Buat dia merasa nyaman dan jangan lupa untuk memeluknya setiap hari. Peluk mereka dan katakan mereka aman dan hidup akan baik-baik saja.

8. Beradaptasi dengan situasi

Merasa sedih atau kecewa bukanlah hal yang buruk. Anda tidak perlu lari dari situasi sampai Anda harus menyalahkan diri sendiri. Kami mohon maaf atas perawatan dan kecelakaan malang yang dialami anak-anak kami. Dorong mereka untuk membenamkan diri dalam semua emosi yang mereka rasakan, selaras dengan situasi, dan katakan, “Tidak harus baik-baik saja.” Demikian uraian tentang rumah rusak, akibat dan cara mengatasinya. Anda juga dapat membaca buku tentang pengampunan dan menanggapi keadaan. Gramedia selalu #bersahabat tanpa batas dan kamu bisa tetap tegar dan semangat. Mari kita berdiri bersama dan menghadapi dunia!

Check Also

New Link Full Video Harper Hempel Viral Tape Jamal Murray’s Boyfriend

New Link Full Video Harper Hempel Viral Tape Jamal Murray’s Boyfriend

It's difficult to avoid getting sucked into the drama in today's high-communication and misguided social media world. Link Full Video Harper Hempel Leaked Viral Tape Jamal Murray's Boyfriend. Fans of Harper Hempel and Jamal Murry shouldn't pass up the opportunity to watch the leaked video, which provides a sweet and in-depth look into their relationship. Stay tuned as we explore the thrilling occasions that shook the celebrity couple's world! Oh, what a time we live in! As we delve into [...]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *