smangaat.com – Hay sahabat semua kembali lagi dengan saya admin di sini saya akan membahas mengenai Analis memperkirakan rupiah akan melemah ke arah Rp 14.380-14.400 per dolar AS sejalan bayang-bayang pengumuman The Fed tadi malam yang mempertegas planning kenaikan suku bunga pada Maret. Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,17Prosen di level Rp 14.378 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan masih dibayangi pengumuman The Fed semalam yang lagi mempertegas planning kenaikan pertama bunga acuannya pada Maret.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke Rp 14.392 pada pukul 09.13 Wib. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 14.353 per dolar As.
Mayoritas mata uang Asia lainnya rontok. Dolar Singapura melemah 0,26% bersama dengan dolar Hong Kong 0,02%, dolar Taiwan 0,22%, won Korea Selatan 0,47%, peso Filipina 0,19%, rupee India 0,28%, yuan Cina 0,35%, ringgit Malaysia 0,29% dan bath Thailand 0,21%. Waktu yen Jepang satu-satunya yang menguat sebesar 0,03%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakankoreksi pada nilai tukar terimbas rendezvous pembuat kebijakan The Fed semalam.
“Bank sentral AS perlihatkan bahwa program pembelian obligasi akan dihentikan di bulan Maret dan mulai menaikan taraf suku bunga acuan,” kata Ariston, Kamis (27/1).
Mengutip dari Reuters, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa komite pembuat kebijakan The Fed berkeinginan untuk menambah bunga acuan pada rendezvous Maret mendatang. Langkah ini akan diambil jika sejumlah situasi memang membantu untuk dimulainya kenaikan pertama itu.
Tapi, Powell mengatakan masih banyak yang belum diputuskan, terhitung laju kenaikan suku bunga berikutnya. Jika disesuaikan planning, maka kenaikan pertama di bulan Maret ini akan jadi kenaikan pertama sesudah tiga tahun The Fed menghambat bunga acuan rendah mendekati 0%.
Di samping planning kenaikan bunga acuan, Ariston mengatakan The Fed juga bermaksud menjual obligasi yang dimilikinya untuk menyerap likuiditas di pasar. The Fed sudah membahas planning pengurangan neracanya yang membesar sampai mendekati Us$ 9 triliun sejak rendezvous Desember sampai semalam. Pembengkakan neraca terutama karenaThe Fed secara besar-besaran lakukan pembelian obligasi selama pandemi.
“Pengurangan likuiditas dolar di pasar akan mendorong penguatan dolar AS pada nilai tukar lainnya,” kata Ariston.
Sementara dari dalam negeri, Ariston mengatakan rupiah masih dibayangi situasi penyebaran Covid-19 yang tetap naik. “Pasar mengantisipasi pemerintah bisa mendorong restriksi aktivitas ekonomi yang lebih ketat jika semakin meluas dan ini bisa menekan rupiah,” kata dia.
Penularan Covid-19 terus melonjak sejak awal Januari. Pemerintah lebih-lebih melaporkan masalah virus corona di Indonesia bertambah 7.010 pada hari Rabu (26/1), naik 44% dari hari sebelumnya. Lonjakan persoalan itu merupakan yang tertinggi sejak awal September tahun lalu. Secara spasial, Jakarta masih menyumbangkan kasus terbanyak Covid-19 hari ini sebanyak 3.504 atau tumbuh 60% dari hari sebelumnya.
Berbeda dari Ariston, analis pasar uang Bank Mandiri Rully A Wisnubroto memperkirakan rupiah berpotensi menguat ke Rp 14.315, dengan potensi pelemahan di Rp 14.366 per dolar As. Menurutnya, pasar cenderung merespon positif sekalipun The Fed mempertegas planning kenaikan bunga acuan.
“Secara umum tidak terdapat kejutan dari pernyataan Jerome Powell tadi malam, agar pasar cukup merespons positif dan tidak berjalan kepanikan,” kata Rully.
Pasar sebetulnya sudah membaca mungkin naiknya Fed Fund Rate (FFR) dalam beberapa pekan terakhir, terutama sehabis rilis notulen kedap Desember. Suku bunga diperkirakan berada di level 1% di akhir tahun ini, mengacu pada planning pembuat kebijakan The Fed akan menambah sebanyak tiga kali dengan masing-masing 25 basis poin (BPS). Sementara menurut alat Fedwatch Cme, sejumlah investor mulai bertaruh kenaikan bunga acuan The Fed bisa empat kali.
Akhir kata
Demikian pembahasan yang bisa admin sampaikan semoga artikel ini bisa bermanfaat, sekian dan terimakasih